Pages

Tuesday, November 12, 2013

takut

Aku berteman
Temanku mati
Aku pun sedih

Aku berteman
Aku mati
Temanku pun sedih

Aku ingin berteman
Aku benci kesedihan

Aku malu berteman
Aku takut kesedihan

Dalam kesendirian aku berteman
Aku takut kesepian

tak berjudul

Terpukau...
Oleh rambut pendekmu
Oleh alismu yang menguntai indah
Di wajahmu nan elok

Terpesona
Oleh figurmu
Menatap foto manis
Ketika kau manja
Polos dan damai

Terkesima
Ketika kusadari
Jantungku berdetak
Begitu kencang
Gara-gara kau

Namun terpaku
Ku tak berdaya
Ketika rasa ini mulai terasa
Kuduga kau tak
Rasakan yang sama

Terpekur
Kuhanya dapat terdiam
Memandang posemu
Berpikir mungkin ini
Hanya transisi hati

Ternyata
Rasio belum dapat
Melawan rasa
Sosokmu
Takkan dapat terganti

Termenung
Biarlah kunikmati sesaat
Rasa berdebar ini
Walau mungkin
Kau hanya ingin lewat
Sesaat di hatiku :"")

bulan malam ini


Bulan tak perlu tikam dirinya
Saat kupandang bulan
Di langit luas nan jauh
Kukagum akan bulan
Sebagai sahabat
Sungguh ingin bulan pulih

Harapkan luka sang bulan lenyap
Ku ingin bulan bersinar terang
Bukan karena harus
Bukan karena mesti
Bukan demi tunjukkan baik-baik saja
Doakan bulan sungguh pulih

Bulan sangatlah indah
Biarkan cakrawala memelukmu
Sembuhkan bercak-bercak hitam itu
Bercahayalah dari dalam hatimu
Bersinarlah tanpa beban
Tak usah lagi ingat bercak itu

tak berjudul


Biarkanlah masa lalu di tempatnya
Rindu, getir, amarah, luapkan lewat puisi
Lalu biarkan jiwamu terbebas
Melenggang keluar dari penjara

Jangan biarkan kelam menghantui
Mencuri fajar dengan bayangan
Bukankah pagimu selalu bersamamu?
Tetapi kau selalu terpekur bersama gelapmu

Kesunyian adalah sahabat
Dalam senyap kau bisa menari
Sungguh tak mungkin memang elakkan kenangan
Tapi kau bukan hidup dalam masa itu

Kosong adalah penuh
Tanpa luka dan air mata
Takkan ada pencarian jiwa
Biarkan air mata membasuh luka
Penuhlah sudah, tak lagi kosong

Bukankah sang terang sudah di sana?
Berjalanlah tanpa menoleh ke belakang
Ringankan langkahmu bersamanya
Biarkan sang gelap tak lagi bertahta

silent reader

can you feel?
the breeze of summer touch you
twirling your hair and kiss you
gently crawling in your lung
reading your heart


can't you see?
the bright day shines upon you
as the clouds floating above you
with the songs of lovely birds,
calling your name

as time goes by
you slowly walk away with the season's cry
and the tears falling from above
and i
look up at the map of a thousand stars
behind the mix of blue and grey of the saddest sky
trying to understand your course
to head to your direction

to read your heart, silently


silently....

as times goes by...

Remind Me of You

Two songs suddenly appear
Posted by 2 different persons
In 2 different media
At the same time...

Two songs, remind me of you
A song I sang for you
Another song I sent to you

Both songs are my favorite songs
Both describe how I love you
How I saw you
How I thought of you and our situation

Both songs touched my heart
In different way
As you did
Unexpectedly, as none could

Both songs reminded me
Of two vivid dreams
One was mine
Second was my dad's

Both pointed to you
Of your place, your surrounding
All was described so vividly
As if it were yesterday

Is this truly the fate?
That I should patiently wait for you
To come to me
To realize that I am created for you
That I am created from your ribs

If this is truly my fate
Then I will wait for you
Until come the day
When you will finally come
and knock the door of my house

Two songs suddenly appear
Remind me of you
Remind me that
I still love you so ….

tak berjudul

entah apa, entah kenapa
suasana kini berubah
selalu ada rasa bahagia saat berbincang denganmu
lewat dunia maya atau secara nyata

entah apa, entah kenapa
padahal kita tak sering bertemu
itupun aku tidak berbicara kepadamu
hanya melihatmu dari jauh
memperhatikan keindahanmu
secara diam-diam
karena aku terlalu pemalu

entah apa, entah kenapa
kamu selalu ada didalam otakku
menghantui pikiranku
mendiami hatiku
meski aku tak yakin
kalau ini memang kenyataan

hati ini sudah ikut berbicara

tak berjudul

entah apa, entah kenapa
aku ingin mengungkapkannya
meski hanya lewat sebuah tulisan
yang hampa tanpa ada makna

kamu bisa bilang aku pengecut
kamu bisa bilang aku pecundang
aku tidak akan melarang
karena aku tak punya hak melarangmu
karena aku bukan siapa-siapa untukmu

entah apa, entah kenapa
aku ingin mengungkapkannya
benar-benar hanya ingin mengungkapkannya
tanpa maksud apa-apa

aku hanya ingin mengungkapkan
kalau aku menyayangimu

atau

aku coba pahami kalian
aku coba mengerti kalian
aku coba menghargai kalian
dan aku coba untuk tak melukai hati kalian

namun apa?
kalian tak pernah mau memahamiku
kalian tak pernah mau mengerti diriku
kalian tak pernah mau menghargaiku
dan kalian selalu melukai hatiku

ingin kucari seorang wanita
untuk tempat ku berbagi duka ini
namun aku tak sanggup mencarinya

ku coba berbagi dengan Tuhan
namun mengapa, aku tidak bisa menangis padanya

sebegitu rendahnya kah aku?
atau aku memang...

sudahlah....

You and I

I have been waiting for you
From beginning until now
Looking through the window of time
And the frame of the years
But still I haven’t met you yet

Who are you?
Where do you come from?
How tall are you?
What language are you speaking of?

I just know that you are perfect
Perfect, since you have been created by God, only for me
Perfect, since my bone and my flesh for you
Perfect, although it doesn’t mean flawless
Perfect, since you complement me wonderfully

I have been waiting for you
From beginning until now
Looking through the eyes of the days
And the smile of the nights
But still I haven’t met you yet

I know you will share my values
I know you will be a woman of God
I know you will be a woman I can trust
I know you will be a woman I can respect

I know you will be:
my lover,
my best friend,
my sister,
my mentor

As I will be:
your lover,
your best friend,
your brother,
your mentor

I have been waiting for you
From beginning until now
Looking through the joyful
and the passionate of the day

For sharing our whole life together
For embracing the future together
For fulfilling our purpose together
For glorifying God’s name together

I have been waiting for you
From beginning until now
Looking through the sorrow
and the despair of the night

For opening the morning with you
For exploring the day with you
For enjoying the afternoon with you
For resting the night with you

I don’t know
Who are you?
Where do you come from?
How tall are you?
What language are you speaking of?

I even don’t know
When and where will we meet?
However, I only know and believe that:

You are out there
Looking for me
Whom you don’t know too
Whom you are longing too

I know you ask the same questions as mine:
Who am I?
Where do I come from?
How tall am I?
What language am I speaking of?

You just know that I am perfect
Perfect, since I have been created by God, only for you
Perfect, since You're created from my bone and my flesh
Perfect, although it doesn’t mean flawless
Perfect, since I complement you wonderfully

You know I will share your values
You know I will be a man of God
You know I will be a man you can trust
You know I will be a man you can love

You have been looking for me
From beginning until now
Looking through the blessing
and the spirit of the day

For spending our whole life together
For writing the future together
For reaching our purpose together
For delivering God’s name to others

You have been looking for me
From beginning until now
Looking through the hurt
and the pain of the night

For entering the morning with me
For conquering the day with me
For harvesting the afternoon with me
For closing the night with me

My love,
Don’t stop looking for me
Since I won’t stop waiting for you
Where my heart beats
There is yours
Where my hands lay
There are yours

I don’t know
When and where our way will meet
However, I know
it would be perfect time and perfect place

Keep waiting for you
Keep looking for me
When my heart joins with yours
It will be our first waltz

Keep looking for me
Keep waiting for you
When my hand joins with yours
It will be our starting time

to Love You From a Far

Love is stepping in without cautions.
Entering the heart
Smoothly and seamlessly
Realizing when it’s too late

Unpredictedly,
You are stealing my heart.
So surprisingly, so unexpectedly

Don’t hope much.
Seeing you are happy and well.
It is just more enough.

But if a wish can be given
Pray that you are given the best
Be better each day
Closer to God

To be able to see you each day
Even from a far
It has been enough
Send you my love wordlessly

Pray for the true love
You can have
That one day you can find
A heart with the same tune as yours

Maybe I am just a fool
Loving someone who
Didn’t even look at me
But just can’t pretend otherwise

Send you my love over the air
Wish you are protected always
To love you with all of my heart
From far away

tak berjudul

kita berdoa satu meja
untuk dua piring nasi,
beserta teman-temannya

bersyukur disaat yang sama
untuk rejeki yang cukup
serta orang tua yang sehat

tapi kita lupa satu hal
dinegara kita yang lucu
doa kita berdua tadi
berhenti di urusan administrasi

Setelah kita selesai berdoa
Tuhan tersenyum
dan mengucapkan “Amin”
untuk doa’mu dan cita-cita’ku
Untuk masa depan -
Kita
yang harus bahagia,

syarat..

syarat menulis sajak itu
sepenggal rindu
dan segelas kenangan
bukan kertas yang bagus
atau pena yang menawan
cukup padukan saja
keduanya dalam selembar
malam pekat
atau seutas pagi yang barangkali

kalau masih sulit
coba bakar sebatang
keputusasaan filter
dipadu alcohol empat puluh persen
lalu duduk sebentar
dan putarlah lagu itu

ingat,
sesudah itu
jangan lupa
menyebut namanya -
yang membuatmu
jatuh hati seribu kali
diudara

malam memagut sukma

Berbisiklah wahai malam
bisikan aku betapa indahnya rembulanmu
Belailah aku duhai malam
Dengan anginmu yang meniup syahdu
Berhiaslah wahai malam
Selubungi aku dari aibku
Karena engkau adalah pakaianku
Rebahkan aku
Terbaring dlm belaianmu
Tidurkan aku dalam dekapanmu
Karena tidurku adalah istirahatku

Ketika mata mulai terpejam
dan sukmapun melayang menuju arasy
tak ada lagi rembulan
Tak adalagi kehangatan pakaian
karena cahaya diatas cahaya telah hadir dihadapannya menyilaukan segala yg bercahaya
karena kehangatan rangkulan rabbnya telah membius segalanya
Hingga tiba saatnya adakah ia diam bersamaNya
ataukah kembali menjalankan ritualnya

tak berjudul

sebentar akan reda cahaya mentari
yang tadi menguning akan menjadi jingga
yang tadi lengang, perlahan merayap diam


kau boleh menampakkan diri lagi
dari balik bayang sore, dari punggung bulan
datanglah seperti tetangga muka rumah,
seperti debur laut yang menyapa pantai


karena masih berdiri senja, dengan lilin yang tetap menyala
dari balik gubuk kumuh pelantun serenada biru - yang tak bertuan


meski sesekali gerimis berulang kali mendekap, dan meramaikan malam
kau selalu boleh
selalulah datang
selalulah berulang
selalulah...



angka-angka pada kalender mentertawakan aku, dan sesekali mencemooh musim - yang terpenjara pada keabadian

tak berjudul

malam,
tenangkan gemuruh dadaku ini pada keabadian yang absurd
yang terlanjur tertanam pada bilik-bilik memar paling diam
paling sunyi

pada keramahanmu,
aku mempelajari kegelisahan
yang membelai ingatan
seperti kepik-kepik biru,
terbang rendah pada kelopak mata Dewi Uma – elok

malam,
kuatkan aku,
berikan aku penglihatan lewat bintang-bintangmu
bantu aku mendengar lewat gemuruh angin lautmu
bantu aku membacanya

ribuan jejak kedatanganmu hanya ilusi,
yang kini terhapus oleh titik gerimis
mengabur pada langit-langit temaram,
pada lembutnya ingatan kelam – dingin

“rindu, jamahlah aku, tahirkan aku sebisamu, seperti redup cahaya purnama
seperti riak kecil ditengah telaga, yang tenang namun menghanyutkan”

dikau sang pemamah keberanian,
yang hidup diantara ironi dan keseriusan
diantara langit dan bumi
basuh aku lewat garis sutra keemasan selendang waktumu
dimana hanya ada aku dan kamu serta semesta

hujan yang terlupakan pelukan

aku tahu, hari ini akan tiba.
hari dimana langit mencurahkan gula-gulanya kebumi,
hari dimana embun bertebangan ditaman,
hari dimanana akan tumbuh sayap - dihatimu,
yang akan berkunjung kehatiku

langit seakan tersenyum,
ia seolah memaku waktu yang liar,
yang mulai mengais kenangan - pada tumpukan dedaunan

"percayalah sampai senja akhir dunia, debarmu akan selalu berpendar dalam dadaku"


dalam guguran musim,
dalam kehangatan pelukan,
aku berdoa lewat erat lenganmu.

seandainya kau tahu,
kesedihanku luluh dalam jemarimu,
tangis ini telah disapu bahumu
jangan berhenti disini, aku masih ingin menikmatinya sedikit lebih lama.
seputaran semesta jikalau bisa.
aku yang sekarang telah kembali merona,
lihatlah,
terima aku

karena kaulah yang menyirami, dan telah merawat harapan dihatiku

lewat pelukan kau menitikkan hujan, yang menjaga waktu, yang merawat hatiku - kelak

tak berjudul

Ketika melati mekar di musim semi
Ketika kenanga menaburkan wewangian
Diantara lembah hijau dan damai
Dentingan dawai membawa sukma dalam kebahagiaan
Jiwaku menyatu dengan jiwamu
Melangkah
Meniti
Berlari
Menuju kebahagiaan

analogi vas

Kau lihat
Vas usang itu,
di sudut tenggara ruangan

Dan kau lihat
vas yang satunya
di sudut barat laut

Mereka terpisah
Jauh.

Ada guratan yang nyata
Pada tiap lekuk kedua vas
Bekas pecahan yang dipersatukan lagi

Tiap keping ibarat terpaksa
Untuk menjadi utuh lagi
Untuk bersatu bersama kembali
Menciptakan kesan tak indah

Entah kenapa, pemiliknya tak coba beli yang baru
Yang lebih baik, lebih mahal , lebih besar, dan utuh.

Mungkin,
Mereka lebih berguna
Lebih berharga
Ketika bersatu menjadi vas
Daripada dibuang menjadi beling
Akhirnya sampai ke antah berantah bersama sampah lain

tak berjudul

mereka pikir aku orang bodoh.
melihat aku duduk sendiri tanpa harapan.
mereka bilang aku orang gila.
melihat aku sendiri disana berselimut gelap.

biarkan saja mereka berkata apa.
mereka hanya manusia yg lebih hina dariku.
bukannya aku tak peduli yg mereka katakan.
tapi sudah cukup cacian untukku hari ini.

ya, masih saja aku duduk di lantai dingin itu.
menatap kosong kearah perapian yg redup.
masih, tak ada kabar darimu sampai sekarang.
tapi kenapa aku hanya melamun disana?

itu hanya karena aku rindu padamu

Tears of The Moon

When the night comes
I look at the sky
I see the moon cry
Without the clouds and the stars

I see the moon cry
So sad and miserable
I cried with the moon
In the grip of the cold night

I froze with the moon
With the pain what I feel
But, the cold was so strong
Kill my imagination

Saturday, November 9, 2013

untukmu aku

ketika ada yang tidak ku ketahui darimu
maka aku akan diam dan tak bertanya padamu
selama itu masih bisa membuatmu bahagia
maka aku akan diam dan mengikuti jalanmu

tapi jika diammu itu penuh dengan kesedihan
maka aku akan membuatmu bahagia
dengan segala apa yang kupunya
selagi aku mampu maka ku persembahkan untukmu

ketika semua orang dan dunia mentertawakanku
disitulah aku bersemangat untuk membahagiakanmu
disaat semua orang tertawa ketika kau bersedih
disitu aku memberikan leluconku untuk kau tersenyum kembali
ku perjuangkan untukmu agar kau tersenyum lagi

tak berjudul

aku melihatmu lewat jiwa..
bukan lewat mata..
aku mengenalmu lewat hati..
bukan lewat kata..
aku menyayangimu karena rasa..
bukan karena rupa..

aku berani mengenalmu..
brarti berani mengenal bahagia..
dan berani mengenal air mata..

bila cinta kita adalah nafas ..
aku ingin hidup lebih lama..
bila cinta kita adalah keindahan..
aku ingin memandangnya tanpa lelah..
bila cinta kita adalah luka..
aku tak perduli betapa sakitnya..
bila cinta kita seputih awan.
aku tak akan membiarkannya ternoda..

Tapi..
bila suatu saat cinta kita adalah air mata....
aku akan tetap tersenyum dalam luka...

namamu ♥

Gambaranmu jelas dalam pikiranku
Senyummu
Candamu
Resahmu
Takutmu

Aku bukan seorang yang sempurna
Aku hanya mencoba berusaha
Bukan berarti apa apa
Tapi aku memang bukan apa apa

Bahkan hal yang sebelumnya tersembunyi di balik senyummu
Aku mencoba mengerti itu
Itu bukan sesuatu yang harus kau sembunyikan
Ada aku

Rasa yang memang kadang membingungkan
Kini merundungmu diantara tawa dan kata
Kamu bukan robot
Kamu punya hati yang tidak untuk terluka

Ikuti kata hatimu
Kalau dia bisa menjerit
Pasti dia menjerit
Dia berkata
Dia memaksa

Elegi pagi menunggumu
Simpan sejuta rasa dalam pejaman mata
Doa kepadaNya akan selalu terlantun
Seiring dengan malam yang menyambut mentari

Lagi lagi aku terpaku
Lagi lagi pada matamu
Lagi lagi pada katamu
Lagi lagi pada rasa yang berbeda saat itu

Lirih hatimu menjerit
Telingaku mengkap dengan jelas setiap luka yang kau simpan
Biar muarakanlah airmatamu
Di bahuku saat kau sedang sendu

Aku disini ada
Aku aku aku
Dengan segala aku
Untukmu


Diam diam aku diam
Diam diam aku berdiam
Diam diam aku perdalam
Diam diam aku terkunci
Diam menatap tatapan yang sama
Tetap dalam diam

Inikah jejak sang semesta
Menggali setiap asa
Setiap angan
Setiap kata
Yang kukatakan padanya

Apa yang harus kuragu
Aku yakin dia
Aku bisa untuknya
Namun apa pantas aku untuknya

Nil yang panjang
Tak pernah surut oleh kemarau
Begitu juga tatapanmu
Tak pernah surut oleh arti

Aku hanya merasa
Bahwa aku beruntung
Bisa ada untukmu
Dan kau butuhkan

Ada yang harus kulakukan
Ada yang harus kujanjikan
Ada yang harus kuperjuangkan
Yaitu kebahagiaanmu

Neraca tak sanggup lagi menimpang
Ketimpangan senyummu
Dengan sesuatu yang kau pendam
Aku ada disini untuk membuat neraca hanya menimbang senyum dan tawamu saja

Guratan luka yang pernah ada
Aku berusaha menghapusnya
Perlahan
Pelan

Geram sebenarnya
Melihatmu ingin berteriak
Namun tersimpan rapat di balik kuatmu

Rinai hujan pun belum dapat menyekanya dengan tetesan
Kau bukan seorang yang selalu salah
Kau harus egois untuk bahagiamu

Aku melihat tatapanmu
Seakan ingin memelukmu erat
Dan berkata
"Kamu kuat, tapi aku ada disini."

Itu kau tau apa maknanya
Langkah kakimu yang simpang siur
Ingin rasanya kutuntun dengan tegak
Yakinlah yakinlah yakinlah

Namamu adalah aksara terindah
Terngiang
Terbayang
Rindu pun tak terelakkan

Indra ketujuhku
Mungkin takpernah puas berusaha untuk menghapus lukamu
Dan berjuang mempertahankan senyummu
Tetaplah tegak dan naikkan dagu
Kamu bisa dan kamu adalah sesuatu yang sangat berharga dari segalanya
Mencintai lagi dalam diam, ku mencintai yang tak dapat dimiliki. Namun kata pepatah memang cinta tak harus memiliki bukan? :")

rumput kala senja

Rumput kala senja
Ditengah megah biduan camar
Menyanyikan syair
Sindiran akan hidupku
Sedang aku hanya diam
Setuju

Rumput kala senja
Kiri kanan melambai
Bermusik bersama angin
Nyanyikan sendu sedih jiwaku
Sedang aku hanya menatap
Sependapat

Rumput kala senja
Saat fajar mengendap turun
Berumpun mengeja
Suratan pahit setiap jalanku
Sedang aku hanya berpikir
Betulkah itu ?

Rumput kala senja
ya , kaulah rumput kala senja
Kau tegar
Kau Anggun
Namun angin menuntunmu
Untukku.........

Friday, November 8, 2013

tak bermakna

Kita hidup dalam dunia.
Saling melengkapi agar sempurna
Untuk di cintai dan di puja 
Walaupun seseorang itu "tidak sempurna"

Kita harus bijaksana
Mencintai seseorang yang "tidak sempurna"
Dan ikhlas menerima apa adanya

Bila kita punya tujuan pasti
Akan membuat tujuan yang berarti
Walau rintangan berat tuk dihadapi

Namun
Bila hidup tanpa tujuan
Tidak akan ada harapan dan kemajuan
Walau tanpa ada rintangan

Mungkin
Kau merasa sendiri dan asing dalam dunia
Tapi bagi oranglain
Asingnya dirimu adalah "dunia"nya

Pilihlah cintamu
Cintailah pilihanmu
Jangan cuma mimpi dalam hidupmu
Tapi hidupilah mimpi-mimpimu

cukup bunga untuk bunda

Sebelum membaca tulisanku ini. Boleh kalian putar lagu Bunda, dan mulailah membaca ketika lirik dimulai.



andai saja dari dulu aku tahu
bahwa kurun waktu kulalui takkan ada artinya
bilasaja senyum dan gurat usia yang tersemat diwajahnya
tak hinggap dimimpiku semalam

andai saja dari dulu aku tahu,
keringat yang sering membuih di dahinya
noda baju yang sering ia lukiskan di daster kusamnya
dan celoteh ricuhnya yang sering ku keluhkan itu
bukan tanpa alasan
sehingga kini aku duduk di meja raja sebuah istana ekonomi
akan tetapi aku lupa akan itu

jika saja dari dulu aku mengerti
senyum sayangnya tak kala ku di ayun di pangkuannya
ku ditimang sembari bernyanyi lagu sayang
ku di usap sambil sekali do'a terucap dari bibir bergetarnya

pandangan matanya ...
sayu kelopak matanya berat untuk terjaga membuatku tertidur
dalam rangkulannya
meski kadang aku menangis
dia meraba halus pipiku terkadang menciumnya
maka aku lelah dalam buaiannya

teringat ketika ia memarahiku
saat tak sengaja kulempar sebuah ucapan binatang jalang
ku ditampar dengan tetes air mata keluar dari selaput dua buah matanya itu

ia menangis, dengan penuh ketidaktahuanku
ia tetap meminta maaf dan mengusap rambut ikalku
itu dia, dengan semangatnya membuatku tumbuh tiap centi hingga umurku sudah mendekati mati
dengan gigihnya mendidikku walau aku banyak membuat dia sakit hati

dia
Ya memang dia yang sengaja mengingatkan segala kesalahanku
menciumku ketika aku sedang gusar hati, tenang

oh Tuhan, andai saja ketika itu,
saat dia hendak naik kencana yang Kau khususkan padanya
aku bisa menggenggam tangannya
berbalik menciumi dia
mengusap peluh keringat dia ketika bersinggung dengan pesuruhMu yang hendak menantarkan dia menuju tempatMu


Tuhan, maafkan saya terlalu sibuk mengincar rupiah dan sibuknya putaran dunia
sehingga aku lupa ada dia yang harusnya aku jaga
balas kasih dia yang selama semenjak aku sebesar kepalan hingga aku bisa mengepalkan tangan sebesar dosa aku padanya
Tuhan ...
sekarang didepanku tersemat sebuah nama yang terukir di batu berhiaskan keramik
dengan rumput liar di atas kuburnya itu
kutaburkan bunga indah warna warni
semerah pipinya yang bahagia ketika menggendongku
seputih wajahnya yang bak malaikat menjagaku
yang kekuningan seperti kuit tangannya ketika megnhapus air mataku
yang biru seperti bola matanya saat menatap teduh wajahku

kini hanya Bunga yang bisa kutaburkan di atas tubuhnya
tubuh yang terhalang tanah merah
yang terhalang alam barkah
namun rasa sayangnya seolah menjadi jembatan
agar kuat do'a ini menjalar ke tempat ia berada sekarang


aku sayang Ibu, bunga ini untukmu


sepucuk surat picisan

Aku tak punya puisi cinta untukmu.Aku tak punya itu.Aku hanya punya cinta untukmu.Ya, aku cuma punya itu.Aku sering mengeja namamu dalam sepiku,melafalkannya dalam diamku,menulisnya dalam hatiku,dan menyimpannya dalam memoriku.Malam ini, kembali setitik kabut membius mata, menghadirkan kamu dalam seruang hampa..miris, tiris, aku ingin memelukmu dalam fatamorgana gila..ah, sudahlah..aku masih ingat, ketika pertama melihatmu..hanya tersenyum, dan sepintas lalu..kamu masih bersama dia..tak perlu kusebut namanya bukan? aku merasa seperti makhluk kerdil yang bertemu puteri bungsu dari negeri jauh..hina dina, tak pantaslah manusia serigala berada di dekat si Cinderella..tak terpikir sebelumnya kalau kita akan seperti sekarang...aku selalu senang berbicara.. dengan siapapun itu..tapi denganmu, seperti bertemu teman yang sudah lama kenal, mengalir begitu saja..lugas, penuh makna.. mungkin kamu memang pandai menempatkan diri..
dan tak terbayang kita akan duduk di bangku itu,berpegangan tangan, dan canda tawa memacu..aku pun tak pernah bertanya apa yang ada dalam pikiranmu, kenapa ingin mengenalku bahkan sekarang kita sedekat ini..jalani saja..cinta akan menemukan jalannya, tak perlu kita menuntunnya.

otak ini masih terus dipenuhi kata..berteriak lantang menyuruh jari ini berdansa dengan pena..menuliskan rangkaian aksara seperti pernah kulakukan di suatu senja..tapi hanya berujung pada petikan gitar tanpa nada..abstrak, tak cukup hanya kata-kata indah dalam sebuah lagu atau sebuah lukisan dalam pigura kacanya, mungkin kamu adalah sebuah nada yang tak satupun rangkaian kata sanggup mengiringinya..

aku suka ketika kamu menatapku sambil tersenyum khas..aku suka ketika kamu mengambil sendok lalu menyuapiku manja..aku suka ketika kamu memukulku sambil bilang "jahat jahat jahat"..aku suka ketika kamu menyampaikan pendapat seperti menggurui aku tentang berbagai hal, aku tau itu bukan maksudmu..ah, banyak hal tentang kamu yang aku sukai..kamu memang mudah untuk disukai orang-orang..aku hanya ingin berkata..


aku


sayang

kamu

klise, tapi tak ada kata yang lebih to the point, bukan?

titik dua kurung tutup

Tunggu sebentar wahai embun

Bertahanlah diujung daun

Aku ingin kau jatuh tepat dikeningku

Terserap otakku menjalar kejantungku

Dan akan kupastikan tempatmu

Tak tergeser waktu

Dan akan kutertawakan dunia

Yang tak tahu kita bersama

Hanya karena tak terlihat mata

kita

Aku adalah kunang-kunang
Dalam gelap aku terbang
Dalam gelap aku terang

Dan jadikanlah kau senja
Karena gelap kau ada
Karena gelap kau indah bersahaja


Aku hanyalah kunang-kunang
Dan kau hanyalah senja

Dalam gelap Kita berbagi
Dalam gelap Kita abadi

entah apa

aku tak pernah tahu
bagaimana harus bertutur kata
kala engkau ada didepan mata
bibirku menjadi kaku
lidahku tersa keluh
hati serasa menjadi malu

lututku gemetar beradu
tatkala senyummu tersungging
tanganku bergetar kaku
tatkala matamu menatapku sendu
aku tak mampu...
mengucap kata cinta yang ada dikalbu

ingin aku jeritkan isi di hati
agar kau tahu cinta ini
namun aku slalu membisu
tatkala sinar mata kita bertemu
aku takut kau pergi menjauh
teraih cinta yang lain
namun apalah daya diri ini
tak mampu berkata lagi
hanya bisa kutunjukkan lewat puisi
kalau cinta ini
kan ku jaga slalu untukmu

tak berjudul

Mari kita berjuang
Demi masa depan cerah
Bersemangatlah
Kerja keras tak akan menghianati

Hiasi harimu dengan impian
Gantungkanlah ia setinggi mungkin
Melompatlah sekuat tenaga
Niscaya kau mampu

Rintangan memang ada
Namun itu tak seberapa
Bila dibandingkan dengan api semangatmu
Katakan, "aku tidak akan menyerah"

Seberapa kau jatuh
Seberapa pulalah kau bangkit
Yakinlah bahwa roda kehidupan pasti berputar
Sukses akan ada di tanganmu

sinestesia

Daur ulang waktu mengharu biru di mejaku, merajut sudut demi sudut keleluasaan darah di otakku

Warna warni udara, semerbak wangi harapan, mulai menggila, aku tak lagi mampu menahannya, makin lama makin kuat menggenggam.

Pensil, penghapus, rautan, semua membatu.
Tunduk pada liarnya gelombang elektromagnetik tak terbatas yang terpancar dari sisi ku.

Sekejap petir datang menyapa, lalu menggertak, kemudian menghujam dada. Agak perih.

Organ organ dalam ku meledak terbawa suasana getir ini.

Kesedihan itu terlalu manis untuk dirasakan.
Percayalah, ini tidak akan buruk.

tak berjudul

Senyummu menyapa aksara yang tak terucapkan dahulu
rindu menuliskan sedihnya tersembunyi diantara mata yang saling memandang
kenangan bergejolak untuk rindu yang terlarang diantara mata kita.

tak berjudul


Jauh sebelum aku mengenalmu
jauh sebelum mataku memandangmu
jauh sebelum aku berjumpa denganmu
kau sudah hadir dalam siluet pagi dianganku
terbayang senyum indah dengan kata-kataku
itu kamu dalam pagiku disuatu hari nanti
aku percaya itu..
dimana pagi akan menyapa kita berdua
dimana pagi akan bersama kita berdua
dikota kecil yang dulu sering kau ceritakan padaku

Namamu sudah fasih ku ucapkan dalam doaku
aksara-aksara rindu terucap rapi dalam sebuah lagu

tak berjudul

Perlahan senyap merayap melemahkan imajinasiku
di antara hening malam yang dingin
lembaran doa terserak untukmu yang ku rindu
dalam beranda taman hati aku hanya membaca namamu
mendoakanmu dengan fasih
mendoakanmu dengan memuji dan menjunjung kebesaran Tuhan kita
mendoakanmu dengan deraian rindu yang membucah

Mengingatmu dalam Doa kepada Tuhan berkali-kali.
kepada sunyi malam dingin dan hening
aku bersandar pada sebuah kursi panjang 
lalu ku senandungkan rindu dalam diam 
ku sebut dengan lirih namamu dalam genggaman rapuhku

Tak ada yang ku dapati lebih hangat dari malam ini
selain deburan angin malam dan secangkir teh panas di meja dan kamu dalam lamunan

Ada kenangan yang merindu
lalu hilang dalam genangan detik 

tak berjudul

Aku sebut cerita kita hari ini rahasia
di sudut hati dan kenangan yang terjauh
aku mengikat nama kita dibawah naungan langit
semoga kita berjodoh dikemudian hari

Jikapun tidak
biarkan buah hatiku nanti kuberikan namamu
lalu izinkan aku bercerita tentangmu dikemudian hari
kepada dia itu kamu :)

Wednesday, November 6, 2013

Kau memang Cinta atau hanya Jatuh Cinta ?

seperti lelaki mati sendiri

buka..buka..buka.

buka lagi jendela siksa ini.

pedih perih milik diri.

cambuk-cambuk melukai.

sobek lagi kulit jiwa ini.

yang menetes bukanlah darah.

bahkan mengalir deras sumpah serapah
.
bakar bakar bakar.

disambar api amarah percikan lara.

bertahanlah.

kau pada garis lemah.

dan kuatkanlah.

hapus hitam jangan menoda.

nurani nurani nurani.

bersihlah kini.
.
pada buta tiada melihat.

pada tuli tiada mendengar.

lalu mati kini..

koran

pagi
koran sudah lusuh oleh lipatan
kata demi kata dibiarkan terbaca
tanpa makna

kata meronta
ia ingin di mengerti
dianggap
dimaknai

bukan dibaca seakan kau peduli
lalu kau tinggalkannya begitu saja

pilu kelu
kata sudah rindu pengertianmu
dia selalu menunggu
kapan kau akan kembali seperti dulu

                                                             
                                                               tertanda,
                                                               koran lusuh kelabu diujung meja kerjamu.