Pages

Friday, March 28, 2014

All I Want









ALL I WANT

All I want is nothing more
To hear you knocking at my door
'Cause if I could see your face once more
I could die a happy man I'm sure

When you said your last goodbye
I died a little bit inside
I lay in tears in bed all night
Alone without you by my side

But if you loved me
Why'd you leave me

Take my body
Take my body
All I want is
And all I need is
To find somebody
I'll find somebody
Like you

'Cause you brought out the best of me
A part of me I'd never seen
You took my soul wiped it clean
Our love was made for movie screens

But if you loved me
Why'd you leave me
Take my body
Take my body
All I want is
And all I need is
To find somebody
I'll find somebody

If you loved me
Why'd you leave me
Take my body
Take my body
All I want is
And all I need is
To find somebody
I'll find somebody

Like you

Asing

Aku hanya seorang asing yang datang untuk menghibur dan menjadi pelampiasan susah sedihmu.
Aku tak meminta lebih.
Mungkin memang ini terlalu cepat,
Tapi aku rasa aku menyayangimu entah karena apa aku tak tahu alasannya.
Aku tak berhak atas apapun
Entah aku harus berkata apa.

Jika kau ingin menjauh, silakan.
Aku tak memaksa.
Kau punya pilihan.

jika kau butuh dan ingin menghubungiku, silakan.
Aku tak melarang
Dan tak akan ada yang melarang.

Aku hanya ingin melihat rekahan senyum tulusa bahagiamu.
meski bukan karena diriku :")

Saya? Siapa?

Kalau menuruti kata nafsu,
Ku ingin selalu bersamamu..
Kalau menuruti kesenangan sesaatku,
Ku tak pernah ingin jauh darimu..
Kalau menuruti apa kata egoku,
Ku tak ingin kau mengenal pria lain selain diriku..

Namun iman,akal dan hatiku berkata lain..

Aku masih orang asing bagimu...
Tak berhak diriku berharap yang lebih 

Apalagi cemburu yang membabi buta..
sungguh diriku belum berhak untuk itu..

Diriku tak berhak untuk menentukan pilihan..

Tak berhak atas apapun.

Jika

Aku memang tak berhak untuk apapun
Kau telah melucuti semua inginku
Dalam kalah Aku tertatih
Bahkan menangispun Aku tak kuasa
Semuanya ku telan
Aku resapi saja semua sisa-sisa
Remah-remah asa
Hanya nyanyian lagumu tak sengaja tergumam
Dalam setiap sendiri
Dalam setiap sepi
Kuyup duka tapi tetap tak terlupa
Entah kemana langkah hati ini terseret
Aku tak lagi berdaya tuk menahanmu
Aku harus belajar seperti bumi
Yang ribuan kali dihantam gempa
Dan badai yang memporak-porandakan laut
Namun bumi tidak pernah sedikitpun berhenti berputar
Tidak berhenti ketika begitu banyak yang menghantam
Terlebih jika itu soal cinta
Kini Aku akan belajar untuk diam
Karena ku yakin kaupun menginginkan Aku mempelajari itu
Akupun tak ingin lagi menangis
Karena ku sadar
Tangis takkan bisa mengobati luka.

:)

untuk sebuah Cemburu pun 
aku Tak Berhak .

Thursday, March 27, 2014

Bukan Aku Bukan Lainnya

Laju langkah semu tak berarah
tak jadi pikir membidik langkah
ini sadar, namun tak mengerti
kata di hati beda di kaki

ketika semua berpura rupa
itu hanya sembunyikan kata
sebab tak ingin aku luka
semakin kaku tiada guna

(Tubuh #7)

Nanar Lelaki

lihatlah lubang luka tempatku
yang berbungkus dengan air mata
tak ada tempat lagi
untuk mengajak cerita berdialog
dan yang paling pedih
adalah aku yang mengurai air mata
karena tabu
di matamu dan dunia
tapi desakan perih
mendorong hasrat yang coba kubelenggu
aku laki-laki dengan air mata darah
aku laki-laki dengan air mata nanah
aku laki-laki dengan air mata kabut
aku laki-laki dengan air mata hujan
mencoba mengurai apa yang bisa
aku urai
mencoba memilah apa yang bisa
aku pilah
tapi cinta dan luka
telah kekal di tempatnya
tapi air mata dan perih
telah abadi di dasarnya

aku laki-laki dengan air mata samudera
tak mampu menerima
tapi dengan apa kutolak
kebisuan
keheningan
kelemahan
membungkus jiwaku yang bebas

(Tubuh #6)

Di Ruangan Ini

Sebuah lagi,
dan lembing-lembing itu patah
mataku dan bulan hanya berjarak sepenggalah.

Di ruang ini,
kecuali jarum jam yang tak pernah akur
waktu telah lama mendengkur.

Kata-kata, bisikku, akan seputih suasa
sebelum doa itu ditiupkan jauh ke liang dada.

Kata-kata, bisikku lagi, akan sehitam jintan
sebelum doa itu diruntuhkan ke dalam ruang mata.

Sebuah lagi,
dan bagian rusukku serasa patah berderik
mataku dan bulan kini bergerak searah.

Tapi di ruangan ini,
selain cinta yang tak memberi
ada pandangan saling mengunci diri.

(Tubuh #5)

Sepotong Sajak Lidah

Kerana gusar yang terbukti tersasar
lahirlah sepotong sajak dari lidah luka
yang kalian sedang tatap sekarang ini.
Masih kuingat, juga pastinya kau
kerana gusar yang terbukti tersasar
perlahan-lahan bahasa ibuku diusir
dari kamar ilmu dan lembar buku
anak-anakku dan anak-anakmu jua
kekok menyebut angka satu
lantas menjumpai formula baru
yang pasti bukan lagi dari lidah
ibuku.
Telingaku terus disumbatkan helah
saat gema suara-suara lunak
menjadi saksi betapa bahasa ibuku
masih bernyawa!

(Tubuh #4)

Veronica

Rambut terurai panjang indah
Mata semu-semu sipit teduh
Dagu gontai merebut jari jemari
Pipi lesung mengundang mata-mata

Postur tubuh yang bernyanyi
Pinggang gemulai memejamkan mata
Leher bulat bagai bantal mutiara
Terselip kata purna intan permata

Veronica…ya.. ia Veronica….
Benar-benar ciptaan Tuhan
Bukan sekedar saingan
Kan kututup segala arah
Kan kutebas penjuru mata angin
Bila kan mengganggu jalan hidupnya.

Monday, March 24, 2014

kamu-ku

cicit burung kokok jantan
hari dan harap baru datang menjelang
rindu akan detik yang telah lalu selalu ada dalam benakku
inikah rasa?
selalu ada
tidak hanya sekelebat asa
ini terus berulang dalam angan
nanar rona mentari
acap kali memberiku semangat lagi

variabel angka
ejaan kata
rindu menyeruak padanya
oh..aku selalu percaya
nada diantara nadi membawa namamu kemari
ingatan yang mungkin akan abadi disini
cukup? kurasa tidak
aku ingin pertemuan kita tak akan ada akhirnya

vas di ujung ruangan
adalah saksi bisu
lantun kata sayangku untukmu
endapan canda bahagia
nampak lengkung senyummu mempesona
tak akan ada lagi luka
inginku kau selalu bahagia
nanti, esok, atau kapan waktunya tiba

ketika hati
artikan semua tatap
rindu
tangis
inginku kau selalu tertawa
kepada dirimu
ataupun semua orang

ku tak mau kau sendiri
untuk apalagi berdusta
mungkin itu membuatmu terlihat kuat
asal kau tau, tatap nanar matamu tak bisa bohongiku
lepas semua air mara disini, bersamaku
aku akan selalu ada, untuk bahagiamu seorang

Improvisasi Indra

suatu hari, mata berkata..
"Aku melihat dibalik lembah-lembah itu, sebuah gunung yang diselimuti kabut biru. Bukankah itu indah? "

telinga pun mendengarnya,
dan setelah mendengarkan penuh perhatian,
dia pun berkata,
"Tapi dimana gunung-gunung itu? Aku tidak mendengarnya. "

kemudian tanganpun ikut bicara,
"Aku mencoba untuk merasakan atau menyentuhnya dengan sia-sia, dan aku tidak dapat menemukan satu pun gunung."

kemudian hidung pun menimpali,
"Tidak ada satu pun gunung, aku tidak dapat membauinya."

kemudian mata berbalik arah lain, dan mereka semua mulai berbicara bersama-sama tentang khayalan mata yang aneh.

mereka pun serentak berpendapat,
"Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan mata itu."

(tubuh #3)

Namaku Lidah



Kau namakan aku lidah...
tak seorang perlu memukul-mukul kentong,
mengundang tetangga,
membagi-bagikan bubur merah.
nama itu cukup indah
tak cuma mengelendot dalam gendongan
tak cuma semampir sebagai sebutan
karena memang daging,
karena adalah darah akan kupikul dari kosong ke arah dari diam ke langkah.

ingin kubaca riwayat diri dalam huruf-huruf terawang dari lidah
kulepas lebah ke bunga-bunga,
kuantar bunga ke wajah-wajah
agar di rongga-rongga telinga atau entah lorong waktu yang menganga
aku bukan cuma udara, aku bukan cuma suara,
apalagi ludah yang suka terbuang percuma.

syukur bila aku energi atau cahaya.

karena itu ketika lidah lain mulai terjulur ke mana-mana,
aku malah sedang berdoa :
”Duhai Yang Maha Kuasa, izinkan aku melupa ruang kembara sejenak saja terbaring tanpa kata, tanpa dosa di ranjangku satu-satunya.”

lelah memandangi langit-langit mulut dan deretan gigi,
aku pun lirih bicara dalam rongganya yang sepi :
”Di sini. Aku bukan burung Necrophily yang mengembangkan sayap-sayap jadi langit gurun-gurun bahasa. Tapi tak akan kusalahkan ia yang mengenali: aku sepatu musafir yang telah kembali dari benua yang direntangnya seorang diri antara usia, kehadiran, dan sepi.”

karena itu ketika lidah dan api di luar terus terjulur-julur,
saling membelit dan tak punya beda lagi,
buru-buru aku kembali mengingat lidah dan api di dalam diri.

(tubuh #2)

Rintihan Semua Organ Dalam Senyum Palsu Pekerjaan

DIAM ! ! !

(tubuh #1)

Sini !

sini,
ya kamu kesini!
sekarang mendekatlah

beri saja sejengkal
kini mataku, matamu
biar saja bertemu.

biar aku tak perlu berkata sesuatu
bahwa aku cinta padamu.

Datang Kepadaku

pada hangat yang ngukus dalam sebuah cangkirku
kenikmatan mengental
kelembaban rindu bersela susu
diaduk-aduk tak ubahnya air dadaku yang berisi rasuk-rasuk sihirmu

aku menyusun ribuan manis senyum secangkir kopimu
tersimpan harapan bergula cinta
dari sebiji kecupku
yang dari dulu kusimpan untuk mengusap air matamu

biarkan tawa candamu pecah diantara berjuta insan diluar sana
dan tumpahkanlah air matamu
biarkan meresap ke pori bajuku
dan membasahi dadaku

untukmu bahagia
aku akan selalu ada