Pages

Monday, March 2, 2015

Jikalau

kalau aku sendiri
tak ada uluran tangan yang bisa kumintai
ketika tubuhku lemas tak bisa mengabari
hanya jika aku akan pergi,
mungkinkah tak ada yang menuntunku bertaubat pada Illahi ?
Kumandang adzan mengingatkan untuk 3 rakaat sedang mengisi telingaku
Raga yang masih terbaring sendiri
Masih menunggu pesanmu terlampir,
entah sengaja atau tidak.
Tenang,
Aku masih bisa sendiri
Aku masih bisa kau tinggal pergi
Aku masih bisa menguatkan diri
Jika pesanmu tak kubalas nanti
Maaf,
mungkin aku sudah tidak kuat lagi.
Kemudian pergi,
ke tempat yang sesungguh-sungguhnya abadi.

Penutup Februari

di kamar HCU
detik berganti dengan sunyi
semua membisu di sini
aku termangu di atas ranjang yang mungkin sudah milik berganti-ganti
Malakai Roqib - 'Atid pun sudah terganti
sisi kananku kini menjulang dengan gagah tiang besi,
dan digantungi sebotol air bening dan darah entah siapa pemiliknya
sisi kiriku kini ada kotak elektronik
dengan diagram yang mengikuti alur detak jantung
serta angka-angka yang entah tak kumengerti.
Mereka yang setia menemaniku
saat jarum suntik berganti menusuk urat nadiku.
Aku tutup Februari dengan berbaring disini.
Remang cahaya lampu kulihat semakin memutar,
bersaing dengan rintihan kotak elektronik di sebelah kiriku makin menjadi
pandanganku kian gelap
napas terasa pengap
lalu lisanku gagap
Segerombolan manusia berbaju putih riuh berlari,
kemudian aku tak tahu apa-apa lagi