Pages

Monday, February 3, 2014

Halo

Halo.
Bagaimana kabarmu? Kau masih setia dengan telepon pintarmu, mengerutkan dahi, alis matamu bertautan sembari membaca setiap pesan yang terselip disitu? Maaf aku lancang mengirimkan surat ini untukmu. Seseorang yang sudah kau anggap bekas dan sudah tak berarti lagi untukmu tiba-tiba menyapamu dengan surat ini. Tanpa apa, mengapa, ada apa, dan sebagainya, aku hanya ingin sekedar menyapamu. 

Halo.
Bagaimana kabarmu? Kau masih suka berlama-lama di kamarmu bergumul dengan bantal gulingmu, sembunyi dibalik selimutmu dan masih sibuk dengan pesan pesan di telepon pintarmu itu? Datang dan pergi setiap saat, ibu jarimu tak lelah menulis setiap kata dan aksara membalas satu per satu. Entah siapa itu aku tak tahu dan aku tak mau tahu. Siapa aku. Pesan pesan yang menumpuk, bahkan saat pesanku masuk sudah tak terlihat olehmu.

Halo.
Bagaimana kabarmu? Masihkah kau suka melihat bulan yang pernah kita tunjuk bersama saat itu, bulan yang begitu bulat dan besar. Aku masih ingat, kita menunjuknya saat Super Moon. menengok dari sudut langit Utara lalu ke Selatan, dari ujung langit Barat hingga ke Timur. Celingukan mencari bulan yang saat itu, atau mencari rindu dan kenangan yang berserpihan di udara. Atau kau sudah bosan? Sebab beberapa minggu terakhir langit begitu setia memuntahkan hujan. Jangankan sinar merona bulan, tukang sate yang sering lewat di depan rumahmu saja kini tak terlihat batang hidungnya.

Halo.
Bagaimana kabarmu? Kau masih suka menyeduh Dancow tanpa gula dengan begitu adanya. Di setiap malam berminggu-minggu kau melakukannnya hingga berat badanmu naik begitu saja.  Kau pernah berkata kepada temanmu, -tentu saja bukan aku, sebab aku hanya berani memerhatikanmu dari jauh- bahwa kau hanya mau minum susu hangat yang tidak terlalu manis, dan juga tidak terlalu tawar. Secukupnya saja. Takaran yang kau anggap cukup untuk mewakili perasaanku. Manis melihatmu bahagia, namun terlalu tawar karena disini tanpamu.

Halo.
Bagaimana kabarmu? Senyummu masih manis seperti dulu. Walaupun selama ini aku hanya memandangmu dari jauh, mencari tahu tentangmu dari media sosial, teman-temanmu, tetanggamu, tapi tenang saja, aku bukan seseorang yang membuntutimu. Senyummu masih seperti dulu, satu lengkung saja sudah membuatku lemah dengan jantung berdetak begitu cepat. Mungkin aku adalah fans berat senyummu nomor satu di dunia. Yang selalu menunggumu dengan segala senyum bahagiamu. Bahkan setiap malam aku memandang fotomu saat kau tersenyum lebar dengan lengkungan yang menakjubkan membuat aku senyum senyum sendiri menatapnya.  

Halo.
Aku rindu saat itu kembali, ketika kita berdua lagi tanpa tapi. Kita beberapakali memang bertemu, namun lidahku selalu kelu setiap menatapmu. Jangankan kata rindu, sapaan untukmu saja kadang aku tak mampu, terlalu mempesonaku. Kau masih seperti dulu, Sederhana Tapi Mempesona. Jika kau lupa namaku, aku Kevin, pengagum setiamu.

salam,

Kevin