Pages

Thursday, June 19, 2014

Tak Berjudul



Gambaran bermain di hati,
di aliran sungai waktu yang tak terasa kian deras menenggalamkan,
sungguh kularut dan hanyut,
pada keinginan yang selama ini berat untuk dinyatakan…

Aku datang pada musim terik memuai  tatapan,
seakan kemungkinan hanya ada pada tetes embun yang punah diserap mimpi,
atau jelaga yang setiap saat memagari gerak,
yang tak akan mampu menerima keadaan biar terjadi …
 
Kau sutera dari negeri damai datang menyentuhku,
tatapanmu adalah gemuruh rasa yang riak di palung jiwa,
parasmu bulan penuh terangi gelapku,
dan kemanjaan penyempurna kisah yang ingin kuurai di rantaian hembus nafasmu.
 
Datanglah pada sepiku, 
untuk kudongengkan tentang pagi yang sejuk,,
ada cerita mekaran bunga berwarna putih, yang baru saja merekahkan kelopaknya,
lembut di sentuh jemari hatimu,
wangian kuntum nafasmu yang terhirup dalam keinginanku untuk berlarian di tamannya…
 
Datanglah padaku,
bila sepi meruang tanya,
biar punah keraguanmu,
jadi keinginan kita melagukannya,
seiring petikan bintang-bintang,
untuk direguk saat gerimis jatuh di halaman sunyi,
karena kecupan adalah jembatan pasti menyeberangi jurang ketakutan..
 
Aku berharap,
kata teruntai ini berujung di muara pertemuan kita,
tanpa jengkrik mengusik hening,
tanpa sinar menampilkan rupa,
agar dapat kubernafas di wajahmu,
untuk membisikan lagu lama peninggalan mimpi yang berdebu…

Lupakanlah selisih waktu yang menebal dan dinding yang aralkan maksud,
sebab rasa pasti akan sama saja,
aku berjanji, kesempatan adalah lingkaran yang kujaga untukmu,
asal kau mau meruanginya,
biar kini kutunggu kedatanganmu.

Kupu-kupu

Kupu-kupu terbang diatas ilalang liar dan bunga.
Rintik hujan menyapanya dari atas langit.
"Sudahkah kau temukan hidupmu kupu-kupu cantik?"
Kupu-kupu terus melaju tanpa mejawabnya...

Disebuah telaga kemudian ia hinggap,
Menyentuh jernihnya wajah air.
Air berucap "tahukah kau dulu siapa?"
Kupu-kupu terbang lagi tanpa menjawab tanya sang air,
Kupu-kupu mengepakkan sayapnya kembali dengan ceria.
Terbang kemanapun ia mau…
Terbang kemanapun ia suka…
Hinggap dimana pun ia ingin hinggap
Selalu ada yang menggetarkan hati saat ku melihat kupu-kupu…
Bukan kecantikannya,
Bukan kepandaian ia terbang,
Tapi karena ia berani melawan waktu tanpa banyak bertanya 
Tanpa banyak menjawab.

"Ijinkanlah aku menjadi air Tuhan"
Seru kupu-kupu pada Tuhan.
"Aku ingin mengalir kesamudera, menguap menjadi awan hingga Engkau menenunnya menjadi serangkaian hujan"
 
Tuhan membisikkan sesuatu kepada kupu-kupu,

"Terima kasih Tuhan telah kau jadikan aku kupu-kupu yang cantik."
Kini kupu-kupu tahu dari mana ia berasal, dan mengapa ia terlahir cantik.
Ia berasal dari ulat yang melahap hijau dedaunan. 
Suatu masa cinta merubahnya menjadi kepompong.
Benang benang putih dari tubuhnya diburu para penenun untuk menjadikannya kain yang terindah diseluruh dunia.
Ketika menjadi kepompong ia tersadarkan betapa Tuhan begitu mencintainya.
Tiba-tiba kulit kepompongnya terlepas,
Ia keluar dari kulit kepompong.
Tangan kanan dan kirinya diliputi selaput tipis yang mengembang
Lama kelamaan membesar dan terus membesar.
  Seketika ia terheran mengapa setiap kali ia menggerakkan tangannya ia seakan terbang…
Terbang…
Terbang…
Terus terbang…
Ke atas…
Kekanan…
Kekiri…
Ia bisa melaju kemanapun ia suka.
Hatinya begitu tenang…
Begitu damai…

Hingga sang hujan dan wajah air bertanya,
"taukah kau siapa dirimu? Darimana kamu berasal?"
Ia tak ingin bertanya baginya pertanyaan hidup hanya layak dijawab dengan sebuah perjalanan.
Dan perjalanan demi perjalanan membawanya kepada jalan Tuhan.
Hingga Tuhan membisikannya 
"Jangan pernah mempertanyakan hidupmu, jalani semuanya dengan ketulusan dan rasa syukur.
apapun yang terjadi akan demikian indah . Perjalanan diciptakan agar kamu mengerti kemana arah angin, bagaimana mengatasi badai, dimana harus hinggap, dan kapan kau harus terbang setinggi tingginya, bersembunyi dari pemangsamu"
 
"Begitupun hidupmu" 
aku berkata pada diriku..

Dengarkanlah selalu bisikan Tuhan dihatimu...
percayalah Ia akan menuntunmu ke jalan yang membahagiakanmu.

Dan Kau Pun Tahu

Beri aku nama sunyi dalam sepi.
Maka akan kulukiskan 
kisah paling manis dari keajaiban rapuhku.
Sedang sepi itu adalah diam.
Sepi itu adalah bulan yang melayang.
Sepi itu adalah selembar puisi yang tak sempat kau baca…
dan di dalamnya adalah segala hal tentangmu…
 
Semestinya bias bayangmu tak lekat di pelupuk mataku..
Agar aku bisa menyusun kesungguhan kesendirianku..
Entah apalagi yang harus kuungkap dari rahasia magis matamu..
Bukankah musim mulai singgah
menyentuh gerimis yang hinggap di jendelaku?
Dan kau pun tau itu...
Dan kau pun tau apa yang paling
kutakuti selain puisi tentang hujan.
kerap kali aku memilih bulir-bulir rintik.
Dan kudapati banyak perih di dalamnya..

Dan kau pun tau..
Dan kau pun tau itu..
Aku takut dalam kesendirianku tak mampu melupakanmu.