Pages

Monday, June 17, 2013

itu, dia, segalanya

Saat itu…
Di akhir masa penantian yang cukup panjang
Di titik puncak menunggu yang menjemukan
Akhirnya kutemukan kau ada di sana
Yang berkilau diantara tumpukan mutiara
Berdiri diantara pilihan hati lainnya
Tetapi kau terlihat begitu berbeda
Membuatku tak bisa mengalihkan pandangan mata
Ya, kau begitu mempesona

Tatkala hati mulai lelah mencari
Tatkala jiwa mulai merana
Tatkala harapan hampir sirna
Justru kau hadir dalam keindahan
Bagai sebuah anugerah yang tak ternilai

Tak salah jika diriku memilihmu
Tak salah jika hatiku bergetar pada pandangan pertamaku
Tak salah jika ku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu
Karena kau adalah anugerah terindah dalam hidupku
Saat ini dan selamanya

tanpa judul #2

Hanya untukmu dengan seluruh cintaku,


Perjalanan waktu mengijinkanku bertemu lagi denganmu...
Dari canda... mulai aku terbiasa...
Hadir rindu tanpa mampu ku mengelak darinya
Lalu cemburu mengusik pikiranku...
Memaksaku untuk mengaku...
Sungguh aku telah jatuh cinta padamu...
Kini kau tahu...
Semua yang terjadi dan kau rasa...
Akupun merasakannya...
Aku resah bila sehari saja tak ada pesan darimu...
Dan bila ada...semua jadi nomor dua...
Tanyaku bukan basa basi...
Rinduku datang dari hati...
Cemburuku nyata terjadi...
Walau aku ucap dengan tawa...
Bukan berarti itu tak nyata...
Kini kau tahu isi hatiku...
Lalu...adakah ini sekedar harapan semu?
Tolong jawab tanyaku...


Kukirim untukmu...
Dengan seluruh cintaku...

apa kau tahu ?

Tahu kah kau ?
Akan sakit di hatiku ?
Bertahan dalam pilu...
Terpaksa menepikanmu...

Tahu kah kau?
Telah ku ijinkan dirimu bertahta di singgasana jiwa....
Namun sang waktu...
Membawamu menjauh dariku...

Tahu kah kau?
Telah kusematkan kau dihatiku...
Kubawa dalam setiap detik yang berlalu...
Kusebut dalam doa malamku...

Tahu kah kau?
Akupun merasakan cinta...
Dalam setiap derai tawa...
Yang kita cipta bersama...

Namun aku tahu...
Tak mungkin terus disisimu...

Tahukah kau?
Andai aku bisa kembali kemasa lalu...
Akan kupastikan kau milikku....
Hanya untukku...

Kini...kita terbelenggu asa semu...
Masih mungkinkah memilikimu....
Seiring berlalunya waktu...
Akupun tahu...
Aku bukan pilihan hatimu...
Aku tak berhenti mencintaimu...
Tapi aku harus berhenti menunjukkannya padamu....
Terimakasih...
Kuu telah menjadi bagian yang indah dalam hidupku.

tanpa judul

Kepada kamu,
Dengan penuh kebencian.

Aku benci jatuh cinta. Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu, tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak, selalu menebak-nebak. Aku benci deg-degan menunggu kamu online. Dan di saat kamu muncul, aku akan tiduran tengkurap, bantal di bawah dagu, lalu berpikir, tersenyum, dan berusaha mencari kalimat-kalimat lucu agar kamu, di seberang sana, bisa tertawa. Karena, kata orang, cara mudah membuat orang suka denganmu adalah dengan membuatnya tertawa. Mudah-mudahan itu benar.

Aku benci terkejut melihat SMS kamu nongol di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya, menghapusnya, memikirkan kata demi kata. Aku benci ketika jatuh cinta, semua detail yang aku ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke kamu menjadi penting, seolah-olah harus tanpa cacat, atau aku bisa jadi kehilangan kamu. Aku benci harus berada dalam posisi seperti itu. Tapi, aku tidak bisa menawar, ya?

Aku benci harus menerjemahkan isyarat-isyarat kamu itu. Apakah pertanyaan kamu itu sekadar pancingan atau retorika atau pertanyaan biasa yang aku salah artikan dengan penuh percaya diri? Apakah kepalamu yang kamu senderkan di bahuku kemarin hanya gesture biasa, atau ada maksud lain, atau aku yang-sekali lagi-salah mengartikan dengan penuh percaya diri?

Aku benci harus memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam dada, menjalar ke sekujur tubuh, dan aku merasa pasrah, gelisah. Aku benci untuk berpikir aku bisa begini terus semalaman, tanpa harus tidur. Cukup begini saja.

Aku benci ketika kamu menempelkan kepalamu ke sisi kepalaku, saat kamu mencoba untuk melihat sesuatu di handycam yang sedang aku pegang. Oh, aku benci kenapa ketika kepala kita bersentuhan, aku tidak bernapas, aku merasa canggung, aku ingin berlari jauh. Aku benci aku harus sadar atas semua kecanggungan itu…, tapi tidak bisa melakukan apa-apa.

Aku benci ketika logika aku bersuara dan mengingatkan, Hey! Ini hanya ketertarikan fisik semata, pada akhirnya kamu akan tahu, kalian berdua tidak punya anything in common, harus dimentahkan oleh hati yang berkata," Jangan hiraukan logikamu."

Aku benci harus mencari-cari kesalahan kecil yang ada di dalam diri kamu. Kesalahan yang secara desperate aku cari dengan paksa karena aku benci untuk tahu bahwa kamu bisa saja sempurna, kamu bisa saja tanpa cela, dan aku, bisa saja benar-benar jatuh hati kepadamu.

Aku benci jatuh cinta, terutama kepada kamu. Demi Tuhan, aku benci jatuh cinta kepada kamu. Karena, di dalam perasaan menggebu-gebu ini; di balik semua rasa kangen, takut, canggung, yang bergumul di dalam dan meletup pelan-pelan…

aku takut sendirian.

untuk yang menyejukkan hati

ketika yang indah itu datang
Sang cinta bisikkan kedamaian,
Embun yang hadir dalam lelah,
Setitik terang dalam kelam,
Pelukan damai dalam hati dan pikiran

Kesejukan di kedalaman hati ini mulai terasa kembali syahdu
Cahayamu menyadarkan betapa angkuh dan pengecutnya aku

Karenamu...
Merajut kisah dalam impian suci
Terbalut halus dalam doa dan kalbu
Aku berjalan perlahan mencoba untuk mendekatimu dengan cinta
Apakah kau merasakan hal yang sama ?

Ataukah hanya...
Harapan...

Betapa sedihnya aku ketika kau menjauh pergi
Tanpa sedikitpun menoleh padaku
Hingga sekarang aku tak tahu dirimu berada
Atau kau telah berlabuh teduh dihati dan jiwa sang pangeran ?

Aku menagis ketika altar cinta yang telah kupahat dan kutasbihkan dalam jiwa
Takkan pernah sempat kupersembahkan untukmu
Entah mengapa...

Atau aku harus berjalan sendiri tanpamu ?
Menatap sang surya,
Berjuang arungi kerasnya perjalanan hidup dalam keikhlasan,
Menjemput bintang dan bulan,
Mendoakan kebahagiaanmu lewat bisikan Sang Malaikat

Sampai saat akan tiba dalam ketulusan untuk menerima takdir ini
Membawa pergi sendiri impian suci dalam kedamaian
Kebahagiaan dan ketenangan jiwa seutuhnya untukkmu

Demi waktu sampai saatnya nanti engkau melihatku tersenyum,
Tersenyumlah diatas segala kebahagiaan yang ada dalam kerajaan dunia
Impian suci ketulusan cintaku akan ada
sebagai bagian indah dalam perjalanan kehidupanmu

aku, dia, dan Tuhan

Aku mencintai Tuhan dan dia
Dia mencintai Tuhan dan aku
Tuhan mencintai aku dan dia
tapi, aku dan dia mungkin tidak bisa terus bersama
Karena aku dan dia menyebut Tuhan dengan nama yang berbeda