Pages

Wednesday, December 31, 2014

Terimakasih, 2014.

Sayup suara kembang api, terompet, dan euforia malam ini mengiringi perginya 2014.
Tahun sudah berganti, masih tetap bertahan sendiri. Ya begitulah. Bukan tak ingin, tapi kuikuti saja kata dan kemauan hati.
2014...
Saat itu kubuka bersama sahabat-sahabat dengan canda tawa di bawah hujan di tepi pantai. Sepanjang malam berkendara dengan guyuran hujan awal tahun hingga esok tiba bersama mendung pekat menyelimuti. Namun semua itu tak menyurutkan semangatku bersaa sahabat-sahabat yang begitu luar biasa.
Canda..
Tawa..
Basah..
Terharu..
Harapan demi harapan awal tahun kami mulai bersama.

Masih di bulan pertama awal tahun, ya bahagia berlanjut pada angka 24 bulan itu. Ucapan dan doa doa mengiringi bertambahnya satu tahun aku bernafas dan bermimpi di dunia ini. Meski masih tanpa tambatan hati, bahagia ini selalu ada di dalam diri. Keluarga, teman, sahabat, semua yang mendoakan dengan ucapan serta jahilnya ide mereka mengerjaiku hari itu.
Bukan hanya berkesan, tapi inilah alasan Tuhan menciptakan kenang. Tak akan terlupa selamanya.

Bulan bulan berikutnya setelah itu semakin membahagiakan dengan cobaan Tuhan yang membuatku merasa selalu menjadi kesayangan Tuhan.
Tak pernah bosan syukur terucap kepada Tuhan Maha Kasih. Apapun itu.

Seiring berjalannya waktu, banyak yang semakin mendewasakanku.
Apa itu?
Takkan terhitung.
Teman baru yang sangat luar biasa, melengkapi satu sama lain dengan kurang lebihnya masing-masing. Ya benar, Teman. Mereka adalah keluarga yang bisa kita pilih sendiri. Tuhan Maha Asyik memang. Mempertemukanku dengan teman dan keluarga baru di 2014.
Kegiatan baru dan tempat baru yang bahkan aku tak pernah mengiranya akan sampai di sana. Adat, budaya, bahasa, cerita, banyak lagi yang lainnya. Itu sangat.....
Entahlah aku tak bisa menjelaskan bagaimana bahagiaku dengan itu.
Masalah masalah baru. Iya pasti! Orang bilang, "Bukan hidup namanya kalau tak ada masalah di dalamnya."
Meski terkadang mengecewakan juga menyedihkan tapi semua itu mendewasakan dan menguatkan. Seteah penyelesaian pasti akan ada ujian yang selanjutnya.
Begitu seterusnya.
"Jika tak mau menghadapi dan menyelesaikan masalahnya, ya jangan hidup." Begitulah kata Papaku yang selalu kuingat.
Motivasi demi motivasi menguatkan langkahku menghadapi setiap detik berikutnya.

Pertengahan tahun, aku mulai fokus dengan usaha baru. Dari nol. Sebenarnya hobi, tapi apalah arti hobi jika tak bisa menghidupi.
Buatku, hobi bukan untuk kita turuti, tapi hobi harus menghidupi.
Begitulah kata hati hingga mendorongku nekat memulai usaha "Jalan-jalan" ini.
Motivasi tinggi, kerja keras tiada henti. Begitulah.
Sampai teman-temanku mencari tahu mengapa aku menghilang begitu saja.
Dan lagi kesehatan yang makin menjadi-jadi semenjak itu.
Suka duka di dunia baru yang aku mulai dengan modal nekat ini berjalan dengan perlahan.
Apapun hasilnya, itu semua hadiah dari kerja keras dan tekad yang kuat.

Sejalan kemudian penuh kedukaan dengan kesehatan, tapi sudahlah. Tuhan sudah sangat baik mengijinkanku masih bermimpi di Semesta-Nya. :)

Oktober, hari ke 19.
Bahagia dan haru kembali pecah tumpah ruah.
Kejutan pikirku.
Papa yang selama ini menduda, kini ditemani bidadari pilihannya. Tambatan hati yang baru.
Aku bahagia, meski sedikit mengingat Mama.
Aku sudah cukup salut dengan papa yang mampu bertahan menduda berpuluh tahun.
Iya aku yang sempat memaksanya menikah karena aku sayang dengannya.
Aku tau dia butuh pendamping, bukan hanya tiap malam minggu memancing di laut untuk mengusir suntuk sepinya.
Laki-laki yang pendiam, tertutup, dan pekerja keras.
Dia butuh teman sharing segala masalahnya. Tak bisa dia pendam sendiri. Dan mungkin cerita padakupun ia tak tega.
Begitulah...
Akhirnya 19 Oktober 2014 kembali tersemat cincin di jarinya.
Aku juga sangat bersyukur karena Tuhan mengirimkan Ibu tiri yang baik hati dan saudara laki-laki.
Kini senyum lepas dari papa mengiring bahagiaku tiada tara.

Lalu aku memutuskan untuk pergi ke luar negeri. Ya ditempatku saat ini, Australi.
Melanjutkan study yang lagi-lagi aku mulai dari hobi bermain dengan lensa dan kamera.
Foto dan film. Itu kesibukanku sekarang.
Tuhan memang sayangnya tak pernah habis. Di tempat baru ini, aku sudah mendapat pekerjaan dengan mudah.
Ya? Apa itu?
Travel Photographer !
Dua hobi yang saat ini menghidupiku lagi, jalan-jalan dengan kamera.
Aku dipertemukan dengan keluarga asuhku yang sangat terlampau baik. Suami istri bersama dengan tiga anaknya.
Buah hati pertama itu laki-laki yang sudah berkeluarga.
Kemudian perempuan berusia 16 tahun yang sangat cerdas soal sains.
Yang ketiga ini yang selalu membuatku tak betah di kamar dan selalu ingin bermain dengannya. Seorang putri kecil dengan pipi merah muda sebesar bola baseball dengan rambut ikal pirang itu berusia 3 tahun. Celotehnya yang kadang aku tak mengerti serta manja khas anak kecil yang selalu aku suka.
Mungkin memang basicly aku suka dengan anak kecil.
Keluarga ini sangat dekat dan baik denganku. Canda tawa bersama selepas kerja sangat membantu menghilangkan lelahku.

Dan pengujung tahun 2014 aku tutup dengan keadaan terbaring lemas setelah tugas film dan kegiatan yang melekahkan di Sydney, ditambah dengan pikiran berat dan hati yang sedikit terkoyak. Aku menyerah.

Namun 2014 memang begitu luar biasa kan?
Pasti kalian setuju.
Semua campur aduk.
Memang cerita ini belum semuanya kuceritakan apa yang terjadi pada 2014, tapi...
Pelajaran berharga, bahagia, duka, usaha, lara, tawa, kecewa, manja, aaahhh!!! Semuanya Istimewa !!

Tuhan Maha Kasih dan Maha Segalanya.
Terimakasih atas tahun yang sangat luar biasa istimewa ini.
Terimakasih, 2014.

Dan untuk 2015,
Kamu harus lebih segalanya ya!
Mari kita bahagia!

Aku tak mau banyak doa,
Aku ingin berusaha mewujudkan semuanya.

Terimakasih Tuhan,
Aku diijinkan bermimpi sampai detik ini.
KuasaMu selalu berpendar di detakku.

Sydney, 1 Januari 2015
-Theo Davish-

Friday, December 26, 2014

Surat Terbuka Kepada Rindu

Surat terbuka kepada rindu

Selamat pagi
Kenalkan aku pemilikmu beberapa hari terakhir
Saat ini pukul lima pagi di Sydney
Matahari masih nampak sepi menyendiri
Akhir akhir ini kamu tahu kalau aku terganggu dengan hadirmu yang menggebu-gebu?
Antara bahagia dan lara.
Bukan rindu soal jarak antara tempat yang satu dengan yang lain
Tapi jarak ini soal rasa, memisahkan cinta dengan tidak sama sekali
Entah
Dan bukan jarak yang membuat kita semakin menjauh, tapi sikapmu
Rindu, pernah merasakan apa yang kurasakan sekarang?
Coba tengok ke dalam, iya disini, hati
Berkali dia jatuh terkeping dan akhirnya terkunci untuk sekian lama tanpa ada yang bisa masuk kesana
Namun saat dia terbuka, kembali jatuh terkeping jadinya.
Mungkin aku memang harus menikmati kesendirianku sekarang, di negeri orang, berkutat dengan tugas, lelah dengan pekerjaan, otak bekerja sepanjang hari, dan tak lagi merasakan sakit disini.
Tangis memang membingungkan
Saat kau menangis atau bersedih kemudian ditepuk lalu dikuatkan, semakin menjadi jadi tangis itu kan?
Lalu saat kau menangis dan ada seorang yang memelukmu disana? Semakin menjadi jadi juga kan tangis itu?
Aku mulai banyak diam seperti dulu
Menyimpan luka
Menyimpan lara
Menyimpan segala
Bukan rahasia, aku hanya tak mau orang lain khawatir
Tapi siapa yang akan khawatir? Orang yang kuperjuangkan mati matian sekarang sudah sibuk dengan orang lain dan dia sudah punya orang orang yang pantas ia bangga banggakan, bukan aku. Iya aku, yang selalu mendapat tanggapan itu itu saja.
Rindu, kau bawa aku berjalan sejauh ini tanpa peta lalu meninggalkanku begitu saja, apa itu tak kau sebut tega?
Rindu, kau tak pernah sampaikan sesuatu, bagaimana aku tahu?
Rindu, apa kau mengerti jika hati ini lelah dan sudah terkeping pecah?
Aku memang bukan pilihan.
Bahkan aku bukan sebuah jawaban dari pertanyaan Tuhan
Mungkin hati ini akan terkunci lagi dan entah sampai kapan
Jujur, aku lelah terluka
Aku sudah berkata kata sampai semesta bosan
Tapi? Memang mungkin kau tak mengerti bagaimana menjadi aku
Rindu, sebenarnya aku tak berhak tahu apapun atasmu ataupun mengaturmu ini itu
Sekarang melihatmu baik baik saja itu sudah bahagia
Memang, memeluk tak harus dengan lengan, bisa dengan doa
Rindu
Setiap mata berhak untuk menahan air mata. Setiap hati berhak menahan rasa sakit. Menahan tak mengungkapkan itu .......
Entahlah,
Rindu
Harusnya kita bisa satu, tapi kamu punya hati yang terlalu bebas, yang tidak ingin kau berikan hanya pada satu orang
Pada akhirnya, ketika kaubersama yang lain, aku hanya diam dan tak bisa menuntut banyak. Lalu, menyembunyikan .
Rindu
kamu pernah cemburu pada seseorang yang tak kaumiliki? pada seseorang yang tak pernah mengharapkanmu?
Rindu
Kupikir tak butuh lagi alasan, mengapa air mata dan hati yang berserakan selalu ada ketika aku memikirkanmu.
Lakukanlah sesukamu dan keping kepingkan perasaanku kapanpun.
Suka?
Bahagia?
Syukurlah :)
Aku-tidak-apa-apa-:)

Dari aku yang berjuang lalu kau sia-siakan, ingat?

Sydney,
2014